Mempunyai brand sendiri untuk suatu produk bukanlah hal mudah. Ada kerja keras serta kerja cerdas berbagai pihak agar brand yang kita ciptakan ini tereksploitasi dengan baik. Aku, tentu merangkak dari dasar, bahkan sekarang pun aku masih berada di level yang masih belajar.

Aku yang memikirkan sendiri nama brand yang cocok, mengulik bahan mulai dari Tanah Abang sampai Pasar Mayestik. Memikirkan bahan apa yang cocok untuk design yang ini, atau sebaliknya design yang bagaimana agar pas untuk bahan ini. Aku juga menjadi pemasar produkku, model, admin, dan packing-packing. Semua aku jalankan sendiri kecuali menjahit.

Jika kita sudah mempunyai brand sendiri, ada beberapa hal penting yang harus berjalan konsisten seiring brand tersebut dipasarkan.

Pertama, ‘Hubungan baik dengan penjahit’. Ada dua opsi untuk menentukan sistem kerjasama dengan penjahit. 

Opsi pertama adalah menyediakan rumah jahit sendiri. Dengan kata lain, kita harus lebih mengeluarkan modal untuk membeli beberapa mesin jahit. Mulai dari mesin obras, mesin neci, dan mesin jahit standar garmen. Mengapa standar garmen dan bukan mesin portable kekinian saja? Mesin jahit standar garmen memang dibuat untuk menjahit kuantitas yang besar dalam sehari. Jadi jika dipakai seharianpun, mesin tidak akan panas dan lebih kuat. Sedangkan mesin jahit portable kekinian, walaupun itu dengan harga yang mahal, tetap punya maksimal kuantitas jahitan. Mesin ini tidak bisa dipakai oleh penjahit atau kita yang sedang kejar target produksi dikala pesanan sedang banyak.

Selain mesin jahit dan teman-temannya, tentu kita akan mencari penjahit. Dan seringnya, penjahit dengan fee standar bisnis itu hanya bisa dicari dari daerah. Sehingga owner perlu menyediakan tempat dan juga makan bagi mereka. Kalau sudah begini, bertambah lagi ya modal yang harus kita keluarkan. Belum lagi perjanjian minimal gaji penjahit diluar fee per-potong jahitan.

Bagi pemula, opsi pertama sebenarnya cukup berat. Bukan cuma karena harus mengeluarkan modal untuk membeli perlengkapan, tapi juga owner bertanggung jawab untuk terus menyediakan jahitan agar penjahit bisa mempunyai tambahan fee. Kalau owner selalu memproduksi, pasti stock menumpuk jika sistem marketing tidak berjalan baik. Agar tidak menumpuk, owner harus bekerja lebih keras dan cerdas agar tidak terjadi penumpukan stock barang. Bekerja cerdas yang dimaksud salah satunya, kita harus secepatnya menemukan agen dan reseller tetap, atau mempekerjakan beberapa admin online.. Jika tidak? Maka produksi dan penjualan tidak akan berimbang. Karena, yang berimbang itu adalah, ketika stock terjual satu atau lebih maka bagian produksi juga akan mengeluarkan kuantitas yang sama.  

Opsi kedua adalah bekerjasama dengan penjahit lepas. Nah, opsi ini memang tidak perlu  mengeluarkan modal penyediaan perlengkapan produksi. Tapi, mencari penjahit bagus yang bisa diajak kerjasama dengan harga garmen tentu tidak mudah. Sangat tidak mudah. 
Karena, jika penjahit menetapkan bayaran yang sama atau lebih murah sedikit saja dengan penjahit rumahan, maka harga jual produk akan melambung sangat tinggi. Brand kita tidak akan bisa bersaing harga dengan brand lain yang memakai bahan yang sama.  
Lalu, kenapa tidak kita batasi saja target pasar kita adalah kalangan atas, dengan bahan dengan harga yang sangat tinggi,dan harga jual tinggi?
Ya ya, hal itu bisa saja menjadi pilihan. Tapi untuk berdagang online, kalangan atas bukanlah menjadi target yang cukup tepat. Kalangan atas yang saya maksud adalah jika harga baju sudah mencapai jutaan. Coba tanyakan pada diri sendiri, apakah kita yakin mau membeli baju dengan harga 2 juta di market place online? Akan ada banyak keraguan karena kita akan mengeluarkan uang yang tak sedikit untuk membeli baju yang tidak kita coba terlebih dahulu, atau kita rasakan bahannya. Maka dari itu, teruslah mencari penjahit yang tepat untuk diajak kerjasama. Tepat dari segi bayaran, visi misi, kualitas jahitan, dan yang pasti kesepakatan tetap menguntungkan kedua belah pihak ya. 


Nah, berbicara mengenai opsi tadi, lantas opsi mana yang aku ambil?
Aku memilih opsi kedua. Memilih opsi kedua tentunya setelah aku melakukan pencarian dan terus berharap akan dipertemukan dengan penjahit yang cocok. Alhamdulillah aku menemukannya. Seorang ibu paruh baya yang sudah malang melintang di dunia jahitan. Mulai dari sebagai supervisor di sebuah garmen besar yang menangani banyak brand terkenal seperti H&M, juga sebagai penjahit sebuah butik terkenal dengan produk ber-label harga tinggi.

Sejalan dengan usia, dan lelah kalau harus keluar terus sampai malam untuk bekerja dengan perusahaan lain, maka beliau membuka sendiri jahitan di rumah. Beliau membeli seluruh peralatan dan membuat ruang sendiri untuk menjahit.
Aku menemukan beliau setelah pencarianku dan bertemu dengan banyak sekali penjahit. Alhamdulillah Allah mempertemukanku dengan beliau disaat aku memang benar-benar butuh.


Gambar ini aku ambil ketika beliau sedang mengerjakan sample khimar berbahan ceruti, Selain sedang mengerjakan khimar, beliau juga menangani jenis produkku yang lain, seperti mukena dan gamis. Dan menariknya, dengan ibu ini, aku tidak perlu menjahit hanya satu jenis saja. Asalkan sample sudah kami bikin dan lulus dalam pengamatanku, maka pola dari sample tersebut akan tersimpan. Dan kapanpun aku mendapatkan pesanan berbeda dari penglanggan, aku tinggal mengatakan padanya;

“Ibu, tolong dijahitkan gamis model A dengan bahan B dan warna C dengan jumlah sekian. Lalu khimar C dengan bahan B dan warna A dengan jumlah sekian. Juga, mukena dengan warna ini, anu, dan itu.”

Oiya, aku belum menjelaskan kenapa aku bisa tinggal pesan "tolong jahitkan". Sebab, sebelumnya aku sudah membeli bahan kain yang aku perlukan untuk stock jahitan beberapa bulan. Ada bahan yang untuk gamis, mukena, dan khimar. Lalu aku tauh di penjahitku ini. 


Kalau si ibu sudah mengatakan selesai, maka aku akan kesana untuk memeriksa produksi alias Quality Control. Jika ada yang harus diperbaiki pun, si ibu tak berkeberatan. Karena keinginan kami sama, tetap menjaga kualias sebaik mungkin. Hingga, bisa dikatakan, bahwa produk Aufadina adalah produk dengan kualitas jahitan butik, tapi harga terjangkau. Produk kualitas butik yang dimaksud adalah, seluruh proses dilakukan sendiri oleh penjahit secara satuan. Bedanya dengan jahitan konveksi, tentu dari sisi eksklusifitas. Jahitan konveksi dan garmen menangani sampai minimal ratusan dan ribuan dengan target mengejar kuantitas, sedangkan jahitan tailor/penjahit pribadi lebih ekskusif yang dikerjakan secara ekskulif oleh tailornya sendiri. 


Perbedaan lainnya adalah, untuk produk-produk gramen dan konveksi, memotong kain harus menggunakan mesin dengan jumlah besar. Selain itu, Garmen dan Konveksi hanya menangani standar ukuran baku (S, M, L, XL), Sedangkan Tailor dapat menangani ukuran sesuai yang diminta atau sesuai tubuh.




Foto-foto di atas adalah contoh pesanan baju seragam wisuda yang dijahit sesuai ukuran tubuh. Mulai dari jilbab, gamis, baju koko anak cowok beserta celananya, itu semua hasil dari jahitan Aufadina.

Tadi kita sudah membahas bagaimana akhirnya aku menemukan penjahit yang cocok. Untuk lebih jelasnya, bisa kita lihat disini. Namun, aku ingin menambahkan sedikit lagi mengenai penjahit.    Bagi dunia fashion yang sudah memiliki brand sendiri, penjahit adalah pion penting dalam permainan bisnis fashion. Masih masuk dalam opsi kedua, yaitu bekerjasama dengan penjahit itu juga bisa termasuk di dalamnya adalah penjahit konveksi dan garmen. Apakah yang membedakan penjahit tailor dengan konveksi dan garmen? Untuk konveksi dan garmen, mereka hanya mau menerima 1 model untuk 1 bahan dengan jumlah minimal tertentu. Lalu yang membedakan konveksi dan garmen adalah, konveksi masih berskala minimal ratusan, sedangkan garmen berskala minimal ribuan.  

Selain perbedaan skala, garmen biasanya hanya dikhususkan untuk pemesanan produk yang akan ditaruh di plaza/mall dan dengan merk tertentu. Perusahaan skala besar seperti H&M, Zara, dan sejenisnya akan memakai jasa garmen untuk jahitan. Garmen juga memiliki teknologi lebih tinggi dibanding konvesi. Bukan hanya cutting, bahkan beberapa jahitanpun menggunakan sistem jahit komputer.  Aku pernah menggunakan jasa konveksi ini. Tahun 2015 tepatnya, ketika aku mulai memproduksi mukenaku sendiri. Aku menemukan penjahit konveksi ini ketika aku sedang berbelanja bahan di tanah abang. Di waktu yang sama si ibu pemilik konveksi juga sedang berbelanja. Kemudian, toko tekstil langgananku mengenalkan kami berdua. Oh ya, toko tekstil tersebut memang sudah tahu kalau aku memang sedang mencari penjahit.

Selama satu tahun aku bekerjasama dengan si ibu, dan sudah 4 kali transaksi dengan jumlah sekitar 500 mukena yang sudah aku jahitkan ke si ibu, tidak ada hal yang membuatku ingin berpindah. Walaupun jarak konveksi beliau dengan rumahku sangat jauh (Beliau di Tangerang, sedangkan aku di Depok), tapi karena beliau adalah orang yang asik untuk diajak bekerjasama dan aku juga puas dengan hasil jahitannya (walau memang sesekali ada yang aku minta untuk diperbaiki), aku tetap memakai jasa beliau.  


Namun, pertengahan 2016, beliau tiba-tiba menghilang. Maka sejak 2016 sampai 2017 tersebut, aku mencari penjahit lagi sampai akhirnya menemukan Si ibu penjahitku yang sekarang ini. Selama off memproduksi karena masih dalam rangka pencarian penjahit yang pas, aku tetap berjualan online. Bisnis apa sih yang aku jalankan? Bisa dibaca disini ya, [Berdagang Tanpa Modal].

Kekurangan dari jahitan konveksi atau garmen adalah, proses pengerjaan dilakukan secara massal dengan target cepat selesai. Bayangkan jika ada kesalahan sedikit saja dalam pemotogan, maka semua bahanpun akan masuk dalam kategori ‘defect’ alias tidak layak jual karena cacat. Belum lagi, dikarenakan sistem kejar target, tentu bagian quality control (QC) nya harus bekerja lebih berat.  
Nah, begitulah tambahan mengenai penjahit, dan ternyata panjang juga. 



Beberapa produk lain dari Aufadina yang dijahit sesuai ukuran pemesan


Sekarang mari kita masuk ke Part 2, yaitu Digital Marketing dan Influencer Marketing

Apakah itu Digital Marketing? Adalah pemasaran yang menggunakan sarana digital seperti televisi, radio, internet. Namun di zaman Gen Z sekarang, pemasaran dengan menggunakan internet ternyata sangat ampuh. Pemasaran produk bisa menggunakan website, Facebook ads, Instagram ads, Google ads, video marketing, endorsement, ataupun media sosial tanpa berbayar.


Bersyukur, karena semakin banyak cara dan ide yang bisa kita lakukan sekarang ini. Apakah itu dengan mengeluarkan uang atau tidak sama sekali.    Aufadina menempuh kedua cara. Untuk promosi gratisan, aku lakukan melalui Facebook, Facebook Page dan Instagram. Sedangkan promosi berbayar, dilakukan melalui Facebook ads, dan Instagram ads, juga Tokopedia ads. Biaya yang dikeluarkan bisa bermacam, tergantung budget kita. Beberapa bulan terakhir aku mendaftarkan iklan untuk produkku di Facebook ads dan Instagram ads. Namun, setelah melalui keduanya, menurutku sasaran yang dikenai oleh Instagram lebih signifikan ketimbang sasaran acak dari Facebook. Feedbacknya juga lebih banyak dari Instagram.

Bagaimana proses mendaftarkan iklan melalui dua media social tersebut? Yang pertama tentu kita harus punya akun penjual atau akun sebagai store online. Untuk Facebook, iklan hanya dijalankan melalui page, sedangkan Instagram bisa dengan mengaktifkan beberapa setting sebagai penjual, dan tidak boleh terkunci. Pastikan kita punya sudah memasukkan deposit ke akun Facebook kita dengan cara transfer ke Facebook. Kemudian, langsung klik "Promote" di bawah gambar produk yang akan kita iklankan. Lalu pilih budget dan durasi sesuai keinginan kita. Tinggal tunggu approval, deh.

                                                       
 

Bagaimana dengan membayar admin marketing? Bisa juga. Untuk yang ini sering aku jumpai di beberapa brand fashion di Instagram. Menggunakan admin marketing, tentu harus mengeluarkan dana lebih banyak. Hal ini bisa menjadi pilihan.   Setelah melakukan iklan di media soial, bagaimana feedbacknya? Instagram lebih memberikan feedback yang menjanjikan atau kena sasaran. Contoh feedback dari iklan yang aku daftarkan di Instagram.

                                                      


Dalam menggunakan iklan, sebenarnya Facebook dan Instagram ini terhubung. Aku hanya perlu memasukkan dana deposit ke akun Facebook, dan jika ingin mendaftarkan iklan hari ini di Instagram, maka Instagram akan mengambil bayarannya di akun Facebook-ku.

Selain dari social media ads ada juga cara lain untuk promosi atau menarik follower agar mengikuti produk kita. Yaitu dengan memberikan Giveaway. Aufadina pernah beberapakali mengadakan giveaway. Yaitu dengan memberikan hadiah mukena, gamis, dan sprei gratis bagi yang ikut giveaway. Giveaway terakhir yang diadakan aufadina adalah saat hari guru 2020.

Lanjut ya ke bagian Influencer Marketing atau bisa juga disebut system Word of Mouth ini. Contohnya apa? Kalian pasti sudah sering melihatnya di akun-akun Selebgram. Ya benar, endorsement namanya. Yaitu produk akan diperkenalkan oleh pengguna atau selebgram untuk dapat mempengaruhi orang lain untuk membeli. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nielsen, ada lebih dari 90% orang yang lebih mempercayai rekomendasi dari seseorang untuk membeli.

Endorsement tidak harus dengan Selebgram yang kemungkinan dengan bayaran cukup mahal. Bisa juga dengan cara mengumpulkan testimoni dari pembeli yang telah memakai produk kita dan mengatakan hal-hal positif tentang produk tersebut.    Baru-baru ini seorang teman mempunyai profesi sampingan dengan membuat Klappetaart untuk dijual online. Setiap ada yang memesan, akan di mention olehnya di Facebook dengan harapan akan mendapatkan komentar atau testimoni postif dari pembeli.
Contohnya seperti yang aku lakukan ini.    

Nah ini aku yang sudah memesan Klappetaartnya. Setelah diriku di-mention, aku juga ingin membantu sedikit dengan cara testimoni rasa. Sesama pedagang harus saling membantu, betul kan. Lagipula memang benar Klappetaart buatan beliau enak sekali.

Begitu juga ketika para pelangganku sudah memberikan testimoni jujur melalui jaringan pribadi, aku akan meminta ijin mereka untuk publish testimonial mereka di hampir semua media sosialku. Testimoni jujur dari pembeli akan berpengaruh pada tingkan kepercayaan dan ketertarikan calon konsumen yang mulai melirik produk kita. 

Contoh testimoni elanggan yang aku publish sebagai bagian dari marketing

Nah, seperti inlah pengalaman membangu brand ku sendiri yang sudah pernah aku lakukan dan masih aku lakukan sampai sekarang.
Semoga bermanfaat dan insya Allah aku akan kupas tuntas lagi hal lain mengenai bisnis-bisnis yang aku lakukan.

22 Komentar

  1. wah luar biasa usahanya mba. Bisa menjadi inspirasi, apalagi mba udah sharing berbagai tips dari awal membangung brand sendiri. Mantap ! Sukses selalu ya mba, terima kasih buat inspirasinya

    BalasHapus
  2. Mb Fida kereenn banget!
    Cerita tentang sepak terjang bangun brand sendiri ini sangaatt inspiring!
    Bisa menjadi insight dan motivasi buat para buibuk nih.
    Makasiii mba

    BalasHapus
  3. Mba Keren banget. Engga mudah emang membangun brand sendiri. Semoga makin sukses ama bisnisnya. Saya juga dulu pernah jadi reseller, sempet pengen bikin sendiri baju atau mukena cuman ya itu kendalanya belum nemu penjahit yang pas. Akhirnya off jualan, milih nulis aja

    BalasHapus
  4. di Bandung namanya maklun mbak

    menggunakan jasa penjahit memang win win solution

    karena penjahit tsb bisa menerima banyak order, ngga hanya order dari mbak Fida

    BalasHapus
  5. Sudah tinggi ketamrampilan yang dimiliki sebagai sosial economu preuner. Kemampuannya memuaskan pemanfaat jasa.

    BalasHapus
  6. Aku tuh pengen banget bisa jahit Mbak. Karena menurutku menjahit itu bisa membuka jalan ke depannya. Mamiku bisa jahit, semua saudaranya bisa jahit karena nenekku jago jahit. Nah sepupu perempuanku bisa jahit. Aku saja yang nggak bisa. 🤦

    BalasHapus
  7. Wah keren banget nih kak usahanya. Kan aku jadi pengen punya brand nama sendiri hihihi, trims sharringnya kak ..

    BalasHapus
  8. Kalau mau berbisnis seperti ini memang perlu pandai memilah serta punya pilihan, jadi punya pertimbangan dan mantap menjalankan bisnis yang diinginkan. Sukses ya kak

    BalasHapus
  9. Keren nih mb mulai usaha dari bawah banget dari mulai milih bahan sampai penjahit dan cari nama brand sendiri. Emang semuanya harus dimulai dari niat dulu yaa, semoga lancar usahanya ya mb

    BalasHapus
  10. Sukses selalu mbak fida unttuk semua usahanya.. keren sekali punya brand sendiri. Akupun sedang merintis kearah yg sama.. semoga kita sukses bersama yaa

    BalasHapus
  11. Wuih keren. Semakin sukses ya dengan bisnisnya. Jadi keingetan sama ortu yang pernah punya usaha konveksi sewaktu aku kecil. Alhamdulillah ortu bisa menyekolahkan 4 anaknya hingga PT. Walopun modalnya kecil. Begitu kami kerja, dan ortu sudah sepuh, berhenti konveksinya. Selain karena gak ada penerus, juga karena semakin banyak saingan yang modalnya besar. Aku juga jadi bisa jahit berkat ortu yang konveksi. Dulu di rumah banyak mesin jahit. Ah, jadi kangen masa2 kecil dulu. :D

    BalasHapus
  12. Nah, aku jadi kenal sama ibu penjahit mukena dan 2 spreiku 😁.

    Jahitannya bagus. Rapi. Dan kuat.
    Semoga orderan makin banyak, dan kelak memiliki karyawan penjahit dan admin penjualan yaaa.

    BalasHapus
  13. Takjub bangeett ama inspiring business story Mama Fida.
    Semoga buibu rumah tangga bisa meng-ATM-isasi jejak ini ya

    BalasHapus
  14. Aduh mba kapan2 mau main ah ke Aufadina.. kebetulan lagi nyari2 gamis hihi

    BalasHapus
  15. Barokallah sukses selalu ya Mam, aku juga bangun brand nyipede souvenir fashion and craft heheheh tos kita. Menjahit aku ga begitu bisa sih, yang handle suamiku aku bagian promosi

    BalasHapus
  16. saya sering banget diminta testimoni dan tentu saja saya sanggupi

    untuk teman-teman UMKM, apa sih yang nggak bisa

    Iya kan?

    BalasHapus
  17. Wah keren banget mba, semoga lancar UMKMnya.. saya dari dulu niat doang yg ada tapi ga dilaksanainn

    BalasHapus
  18. Manajemen enterpreunernya penuh perencanaan analisa swot. Bagus sekali untuk menjalankan usaha mandiri.

    BalasHapus
  19. wah .. bisa jahit sendiri nih,.. Semoga lancar UMKM-nya, saat ini UMKM sedang digalakkan, semangat terus ya kak

    BalasHapus
  20. Tidak akan mudah membangun sebuah brand Mbak. Apalagi di bidang tekstil yang persaingannya sudah luar biasa padatnya. Namun, bukan berarti kemungkinan itu tidak ada.

    Kalau sesuatu dilakukan dengan sepenuh hati, dengan semangat, serta konsistensi bukan tidak mungkin semua hambatan yang ada bisa teratasi dan brand buatan mbak bisa dikenal oleh kalangan yang lebih luas.

    Proses tidak akan mengkhianati hasil. Pada akhirnya semua tetes keringat yang dikeluarkan akan terbayarkan.

    Semangat terus mbak untuk berkarya.

    BalasHapus
  21. Thank you mba! Jadi belajar banyak nih! Klo boleh tau kira2 utk start up bisnis fashion sendiri seperti ini perlu berapa banyak modalnya ya?

    BalasHapus