Berbeda dengan kebiasaan kota-kota besar dan metropolitan yang menjadikan pusat perbelanjaan seperti Mall dan Plaza sebagai wadah refreshing penduduknya, refreshing di Banda Aceh dan seputarnya justru tidak pakai mahal. Dekatnya jarak antara Banda Aceh dan Aceh Besar memudahkan penduduk dan wisatawan untuk dapat menikmati wisata bahari yang banyak terdapat di kawasan Aceh Besar.

Berangkat dari tahun 2005, sampai sekarang 2014, sembilan tahun sudah aku berada di Banda Aceh. Berawal dari pemandangan reruntuhan disekelilingku, sampai akhirnya menjamur warkop-warkop keren hampir disetiap sudut tempat. Jati diriku memang bukan sebagai putroe asli Banda Aceh, tapi kota ini sudah cukup melekat didalam kehidupanku sehari-hari. Dan wisata baharilah yang menjadi objek refreshing kami sekeluarga. Mulai dari pantai Lhoknga, pantai Lampuuk, sungai Sarah, pantai Ulee Lheue, pantai Ujung Batee, pantai Syah Kuala, Pantai Pasir Putih, Air terjun Seuhom, Alue Naga, Puchok Krueng, dan masih banyak lagi.

Perjalananku ditempat-tempat tersebut akan mendekati akhir, disebabkan mutasi kerja suami ke Jakarta. Waktuku di kota ini hanya tinggal dua bulan lagi, membuatku sedikit demi sedikit ingin mengumpulkan kembali memori manis perjalananku dan keluarga ke tempat-tempat tersebut. Karena Banda Aceh dan Aceh Besar gudangnya wisata bahari.

1. Jembatan Lamnyong. Tempat dua krucils menghafal surah-surah pendek, bermain layang, panah, dan bola.

Jembatan Lamnyong adalah salah satu tempat favoritku, sebab tempat inilah yang hampir setiap hari kulalui. Aku mengenalnya seperti aku mengenal diriku sendiri. Aku mengintipnya ketika ingin memandang violet pertanda kemunculan fajar, atau menunggu jingga yang ingin melepas senja. Hanya penghuni Darussalamlah yang sadar dengan keindahan pemandangan di jembatan Lamnyong. Sebab, jembatan Lamnyong berada sebagai jembatan pembuka kota kecil Darussalam, tepatnya di Jalan T. Nyak Arief, Darussalam. Bisa dikatakan, tanpa keberadaan jembatan ini, maka kota Darussalam terputus dari bagian Banda Aceh.

Beginilah pemandangan malam jembatan Lamnyong
Dokumen Pribadi

Di seputaran jembatan Lamnyong ini, aku mengenalkananak-anakku tentang alam untuk belajar dan bermain. Mulai dari menghafal surah pendek disini, bermain layang-layang, bola, belajar panahan, dan menaiki bebek dayung. Namun sayang, bebek dayung di jembatan lamnyong sudah dialihkan ke pantai Ulee Lheue semua. Selain menjadi arena bermain, disini juga sering diadakan lomba dayung sampan dan balapan sepeda motor.
Dokumen Pribadi

Bagus kan ya, dan pemandangan yang selalu manis diatas, setiap hari kulalui jika ingin mengantar dan menjemput anakku ke sekolah.

2. Pantai Ulee Lheue. Hangatnya Jagung Bakar Sambil Memandang Birunya Laut.

Tidak asik rasanya jika berkunjung kesini tanpa menggigit manisnya jagung bakar. Pantai ini juga merupakan saksi kejadian Tsunami. Pertama kali kesini di tahun 2005, aku masih mendapati banyak sekali puing-puing rumah bekas Tsunami. Teringat pula cerita seorang teman yang kehilangan kampung halamannya dikarenakan abrasi setelah Tsunami.  Ulee Lheue memang banyak menyimpan cerita dan sejarah, mulai dari terjangan Tsunami, kampung yang hilang, hingga cerita penggerebekan pasangan muda-mudi yang memanfaatkan suasana malam di pantai ini sebagai wadah yang tak pantas.

Tapi, bagi keluarga seperti kami, Ulee Lheue adalah treasure yang penuh kenangan. Tempat bersantai keluarga yang juga menyajikan berbagai jajanan pinggir pantai. Pengelola pantai Ulee Lheue juga telah membuat tempat khusus bagi anak-anak yang ingin mandi dan bermain bebek dayung tanpa khawatir ombak yang menerjang.

Lokasi Pantai Ulee Lheue

Senja ataupun cerah, tetap saja indah. Jika Jingga, maka langit menghadiahkan jingga yang kaya. Jika biru, langitpun memamerkan kejernihan biru yang tak menghilangkan puas. 


Pulau Sabang juga dapat terlihat dari bibir pantai ini, dan bagi yang ingin menyeberang, pelabuhan kapal memang letaknya di pantai Ulee Lheue. Hanya butuh waktu +- 45 menit dan biaya +- Rp 65.000 untuk menyeberang dengan kapal cepat.

3. Pantai Lhoknga. Pantai dengan karang yang tajam.

Jangan coba-coba mandi di pantai ini, karena ombak dan karangnya yang terkenal ganas. Mencuci mata, dan mencari objek kulit kerang di bibir pantai, sudah cukup memuaskan. Namun begitu, pengelola pantai juga sudah mempersiapkan tempat bermandi laut khusus bagi anak-anak, sehingga para orang tua tak perlu khawatir anak akan terseret ombak atau terluka karena tajamnya karang.


  
Dokumen pribadi

Selain sebagai pemanja mata dan jiwa, bagi pecinta surfing, Lhoknga lah tempatnya. Ketika NGO asing masih bertebaran di Banda Aceh setelah Tsunami, banyak sekali turis yang mencoba dahsyatnya ombak Lhoknga untuk surfing. Bahkan Lhoknga sudah dikenal sebagai daerah surfing di komunitas surfing internasional. Mereka telah mengetahui beberapa titik ombak untuk surfing, salah satunya adalah "SURI POINT'. Nama ini diambil dari seorang peselancar lokal yang tewas ketika Tsunami. Sebelum kematiannya, Suri adalah peselancar yang sangat menguasi titik ini, yaitu titik yang berjarak 200 meter dari pantai. 


4. Pantai Lampuuk. Surganya Ikan bakar dan Banana Boat

Sebenarnya, pantai Lampuuk dan pantai Lhoknga ini tidak terpisah, jaraknyapun berdekatan. Hanya saja karakteristik pantainya jauh berbeda. Kalau di Lhoknga, ombaknya sangat cadas dan cocok untuk berselancar, pantai Lampuuk justru lebih tenang dengan butiran pasir yang lebih putih. Sehingga, lebih banyak orang yang bermandi air laut disini.

Karakter ombak di pantai Lampuuk yang lebih tenang, memudahkan pengelola pantai untuk menghadirkan fasilitas banana boat di pantai ini.  Lampuuk juga dikenal dengan ikan bakarnya yang segar dan manis. Bagi turis baru, rugi rasanya datang kesini tanpa merasakan segarnya ikan bakar Lampuuk. 

Pantai yang juga menjadi salah satu lokasi Tsunami teparah ini, mempunyai 4 jalur masuk. yaitu babah satu, babah dua, babah tiga, dan babah empat. Untuk jalur masuk ikan bakar, banana boat dan konservasi penyu, silahkan masuk melalui jalur babah satu dan babah dua. Soal penginapan, tak perlu khawatir, diseputaran Lampuuk sudah banyak dibangun bungalow-bungalow pinggir pantai ataupun losmen disekitarnya. Jadi, turis-turis sudah bisa menikmati pantai ini sepanjang hari.


Dokumen pribadi



5. Sungai Sarah

Sungai ini berjarak sekitar 35 menit dari kota Banda Aceh. Kalau kita sudah mendatangi pantai Lhoknga, maka sungai Sarah berada disebelah kiri setelah kita melewati jalur pemandangan pantai Lhoknga. Sungai ini jernih, dan biasa dijadikan tempat untuk rihlah sambil membawa bekal. Walaupun berdekatan dengan pantai, tapi air dipantai ini cukup sejuk. Biasanya, kalau aku kedatangan tamu dari Medan, sungai ini juga menjadi salah satu tempat yang aku tunjukkan pada mereka.

Dokumen pribadi

Jika kita menapaki aliran air sungai, akan ada ikan-ikan kecil yang menemani langkah kaki kita. Belum lagi, hijaunya perbukitan dan pemandangan gunung dan awan yang tampak bersatu, begitu dekat dipandang mata. Bagi turis yang datang kesini, hendaknya tetap menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan. 

6. Pucok Krueng

Tempatnya tak jauh dari pantai Sarah, sama-sama melewati jalur pantai Lhoknga. Tapi, untuk menuju kesini, diharapkan untuk hari-hari terhadap lumpur yang terkandang membentang sekitar 3 km dari jalan utama. Walau lumpur tak selalu muncul, tapi jika sedang musim hujan, Jalur akan semakin sulit. Tapi, jalur yang berlumpur terbayarkan dengan keindahan yang kita dapatkan diakhir perjalanan. Keindahan Pucok Krueng pantas disebut sebagai "Grand Canyon" nya Aceh.


Dokumen pribadi
Gambar diatas, airnya agak sedikit coklat karena kami datang disaat hujan. Sehingga air tercampur dengan lumpur. Namun, jika kita datang disaat tidak hujan, pemandangan dan airnya akan jauh lebih indah.


7. Air Terjun Lhoong.

Wisata alam ini berada di jalur Banda Aceh-Meulaboh km 45. Butuh waktu sekitar satu jam perjalanan dari pusat kota Banda Aceh. Aku pertama kali mendatangi tempat ini  yaitu akhir tahun 2012. Kalau perjalanan diatas melalui jalur pantai Lhoknga, Begitu pula perjalanan menuju Air terjun Lhoong ini. Sebenarnya air terjun Lhoong, sungai Sarah, dan Pucok krueng masuk dalam kabupaten Aceh Besar. Namun, karena letaknya yang sangat dekat dengan kota Banda aceh, turis yang datang ke Banda aceh selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi jajaran pantai dan wisata alam Aceh Besar.

Dokumen pribadi


8. Pantai Ujung Batee

Pantai ini adalah pantai yang dulu sering kami datangi. Berbeda dengan Lhoknga, Ulee lheue, dan Lampuuk yang menjadi saksi terjangan Tsunami. Kawasan pantai Ujung Batee bukan termasuk daerah yang hancur akibat Tsunami. Berhubung diawal kedatangan kami, pantai ini termasuk salah satu pantai yang tidak dalam keaadan yang dihinggapi puing reruntuhan rumah penduduk, aku dan suami sering mengajak anak-anakku kesini. 

Lokasi Ujong Batee: Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar. Sekitar 20 km dari Banda Aceh. Atau kurang lebih 15-20 menit dari pusat kota Banda Aceh. Tapi untuk yang bertempat tinggal diseputar Darussalam sepertiku, hanya butuh sekitar 10-15 menit saja menuju pantai Ujong Batee.


Pantai ini dikenal karena pasirnya yang landai dan ombak yang sangat tenang. Selain itu, pohon-pohon besar masih berjejer dipinggir pantai, sehingga tetap meneduhkan para pengunjung pantai. Inilah salah satu yang membedakan pantai ini dengan pantai lain yang menjadi saksi Tsunami tahun 2004 lalu, pohon-pohon besar disekitar pantai masih utuh.




Nah, beginilah nikmatnya tinggal di Banda Aceh yang berbatasan langsung dengan Aceh besar. Tanpa mahal, kita bisa menikmati wisata alam yang banyak terdapat di Banda Aceh dan seputarnya. 

2 Komentar

  1. Subhanalloh benar2 serambi mekah ya... Kalo mekah dg kabahnya. Kalo aceh dg pemandangannya...
    Pengen ke sana...

    BalasHapus