Foto adalah dokumen pribadi - Anakku, Hamdi dan Ahza

Sampai sekarang, tetap masih ada yang menanyakan bagaimana kok anak-anakku suka sekali membaca. Walau sebelumnya pernah sih aku mengulas juga mengenai ini di blogku yang lain beberapa tahun lalu. Namun, aku coba review ulang saja ya pengalamanku dalam menanamkan minat baca pada anak-anak. 
    
 Foto adalah dokumen pribadi - Hamdi 
Siapa sih  yang tak ingin anak-anaknya suka membaca. Semua juga ingin. Bagaimana pun, membaca itu sangat penting. Menginginkan anak rajin membaca, bukan berarti mengharuskan anak mendapatkan rangking bagus di sekolahnya. Bukan! Itu hal yang berbeda ya. Jadi begini, jika sekolah anakmu masih menerapkan peringkat, ingat saja ini, bahwa setiap anak hanya mempunyai jatah satu posisi rangking. Apakah itu 1, 5, 10 atau 30. Tidak akan mungkin ada dua anak menempati rangking 1. Sebab? Sebab, penilaian sekarang tidak hanya bertumpu pada angka. Artinya, jika ada dua anak yang bernilai sama, maka guru akan melihat karakter, disiplin, akhlak, ibadah dan lain halnya sebagai bahan pertimbangan untuk posisi tertinggi. Namun Alhamdulillah, sudah banyak sekolah yang sudah tak lagi menerapan sistem rangking.

Dan, anak yang suka membaca juga belum tentu selalu mendapatkan 3 besar di sekolahnya, walau bisa saja anak-anak yang rajin membaca ini, paling tidak, mereka akan berada pada nilai menengah ke atas. Yaitu, 1-15. Sebab apa? Walau anak-anak ini mungkin bukanlah kutu buku pelajaran, namun mereka sudah sangat terbiasa membaca buku. Jadi, jika diperlukan, semisal pada saat ulangan harian, pre test, atau pun ujian akhir, mereka tidak akan kesulitan membaca buku saat itu juga. Dan daya serapnya tentu akan lebih baik.
 
Foto adalah dokumen pribadi - Ahza     

Pentingkah anak-anak rajin membaca? Menurutku penting. Apa pun profesi mereka nantinya, tetaplah menjadi pembaca yang baik. Mau itu atlit, artis, profesional, karyawan, pengusaha, akan berbeda pastinya dibandingkan mereka-mereka yang berprofesi sama namun tidak berminat untuk membaca banyak buku. Perbedaannya? Ya tentu dari wawasan, cara berbicara, cara menanggapi sesuatu, bahkan nantinya dalam pekerjaan juga berpengaruh. 
 
Foto adalah dokumen pribadi - Hamdi 
Nah, bagaimana caranya agar anak-anak sangat cinta baca: 
  • Orang tuanya juga harus cinta baca, dong. Bagaimana bisa mengharapkan anak cinta baca, jika kita sebagai orang tua pun malas membaca. Dengan kita cinta baca, anak-anak akan terbiasa melihat banyak buku terpajang di rumah, dan terbiasa dibawa ke toko buku atau perpustakaan.

  • Jangan memaksakan anak bisa membaca di usia diniLoh bagaimana ini? Bagaimana ceritanya anak bisa rajin membaca, kalau anak tidak cepat-cepat diajarkan membaca.
    Wah, jangan ya. Jangan berfikir seperti itu. Apalagi memasukkan mereka ke tempat-tempat les membaca sebelum anak-anak masuk sekolah. Justru dengan memaksakan mereka membaca, akan membuat mereka bosan dan bisa-bisa mereka justru jadi tidak suka lagi dengan buku.
    Ya buat buat apa juga? Toh, secara normal, mereka tetap akan bisa membaca kok saat sekolah nanti.

        Lalu, yang diajarkan apanya dong? Ini yang ketiga, yaitu:
  • Ajarkan mereka mengenal buku. Ingat, mengenal buku! Bukan membaca buku!
    Mengenal buku, caranya dengan membiasakan mereka melihat begitu banyak buku di rumah. Sesuaikan dong untuk usia mereka. Jika anak kita masih berumur balita, jangan pula kita kasih buku TERE LIYE atau DAN BROWN. Kenalkan mereka pada buku bergambar dengan warna-warni menarik.
    Sekarang, sudah banyak sekali tipe buku untuk anak bayi. Ntah itu yang terbuat dari kain, hingga aman jika digigit oleh mereka, atau sejenis rubber yang sedikit elastis agar tak gampang rusak. Tak harus yang berjenis kain, buku biasa juga tidak masalah, asalkan dengan kertas berjenis karton yang agak tebal. Supaya kita tidak rugi karena sedikit-sedikit akan disobek si kecil. hehehehehe.

  • Ajak anak-anak selalu mengunjungi perpustakaan daerah yang ada area buku balitanya atau toko buku. Dengan begitu, mereka akan semakin dengan buku.

  • Buatkan Rak khusus yang bisa dan gampang mereka gapai, juga mudah terlihat sehingga menarik perhatian. Jangan biasakan buku hanya ditaruh di dalam box, lama-lama, itu buku akan tetap terlihat seperti baru terus karena selalu lupa dikeluarkan.

       Perpustakaan pribadi saat kami di Banda Aceh
          
         

       Perpustakaan pribadi saat kami sudah pindah ke Depok (rumah kontrakan)
      
                        
     
     Perpustakaan pribadi saat sudah pindah ke rumah sendiri di Depok 
  

               

Di rumah ini, kami menjadikan Mezzanin dan Loteng di lantai 3 sebagai perpustakaan dan ruang baca

  • Cabut antena TV-mu alias Jangan Menonton TV. Jika kita sudah terlanjur membeli TV, maka cabut saja antenanya minimal selama dua tahun (sampai anak berusia 2 tahun). Tapi kalau aku, sejak si sulung lahir (14+ tahun yang lalu) sampai sekarang, TV kami masih belum ada antenanya. Dan sudah lama kami menjadi keluarga yang kudet  (kurang updated) dengan berbagai program TV apalagi iklan-iklannya.  TV nya ada? Ada! Tapi tidak untuk menonton acara yang disajikan dari stasiun TV. Mengapa?
Jika kita terbiasa menonton TV, maka kita juga akan membiasakan anak-anak menonton TV. Lambat laun, kita pun akan menjadikan TV sebagai baby sitter .Memang sih, awalnya akan sulit, tapi lama-lama terbiasa, kok. Ingat saja bahwa ini semua adalah demi anak-anak. Aku sendiri merasakan kalau dengan seperti ini, kualitas percakapanku dengan mereka akan lebih baik. Apalagi jika tidak ada TV, anak-anak secara otomatis akan selalu melihat pada warna-warni buku yang berjejer pada rak yang sudah kita siapkan. Jangan takut anak bosan. Karena percayalah, buku-buku itu tidak akan membuat mereka bosan, asal kita selalu ada di dekat mereka.

Selain sebab diatas, menurut anjuran dari American Academy of Pediatric yang bisa dibaca di sini, Sebaiknya  anak di bawah umur dua tahun tidak diperbolehkan melihat segala gambar bergerak melalui monitor apa pun. Baik itu televisi, gadget, dan sebagainya. Karena dalam umur dua tahun tersebut adalah masa terpenting bagi perkembangan jaringan otak anak. Itulah saat di mana otak akan membuat percabangan yang sangat dasyat jika kita sebagai orang tua mampu menstimulasi anak-anak dengan baik.

Lalu apa salahnya dengan TV? Bukankah juga ada acara anak-anak juga disana? 
Ya benar, memang televisi juga banyak menyajikan acara pilihan khusus untuk anak. Namun dampak tak baiknya, sajian tersebut adalah interaksi satu arah. Sedangkan anak-anak di bawah dua tahun sangat membutuhkan interaksi dua arah. Nah, interaksi satu arah inilah yang membuat percabangan jaringan otak tidak secepat interaksi dua arah.

Seperti apakah interaksi dua arah yang diperlukan anak-anak di bawah umur dua tahun? Adalah ketika kita mampu menjawab pertanyaan mereka, atau mereka kemudian tertarik untuk menanyakan lebih jauh tentang apa yang kita lakukan. Itulah interaksi dua arah. Sedangkan layar atau monitor tidak dapat melakukan itu. Mereka hanya menyajikan, dan anak jadi terbiasa mendengarkan saja tanpa bisa bereksplorasi lebih jauh dengan lawan bicara atau lawan pandangan matanya. 

  • Buatlah budget untuk membeli buku tiap bulannya. Bagi keluargaku, mengunjungi toko buku dan membeli buku-bukunya minimal sebulan dua kali seperti sebuah keharusan. Kebetulan, sekarang ini tempat les musik anak-anak sangat dekat dengan toko buku. Jadi, hampir seminggu sekali mereka akan minta mampir ke Toko Buku untuk membeli. 
  
Foto adalah dokumen pribadi - Ahza     
Nah, Jika hal di atas sudah kita biasakan, tanpa perlu kita suruh atau paksakan, dengan sendirinya anak-anak akan  menjadi pencinta baca. Mereka akan menjadikan toko buku dan perpustakaan sebagai salah satu wahana rekreasi mereka. Dan mereka juga tak mudah bosan asalkan ada buku di samping mereka.
  
Foto adalah dokumen pribadiKalau sudah cinta membaca, mereka juga pasti mempunyai penulis dan genre bacaan yang mereka kagumi.
Bagi Hamdi, si sulungku ini adalah penyuka karya Dan Brown, Sir Arthur Conan Doyle, Tere Liye, A. Fuadi, dan Andrea Hirata. Hamdi sudah mengoleksi banyak sekali buku-buku mereka. Untuk karya Dan Brown, saat ini sudah ada sekitar 7 buku yang dibaca oleh si sulung ini.

Sedangkan Ahza lebih menyukai cerita horor, makhluk halus, dan misteri seperti seri Fantasteen, karya-karya Lisa Saraswati, juga beberapa buku karya Tere Liye pun sudah dilahapnya. Selain jenis buku diatas, dua anakku, aku, dan ayah mereka adalah pembaca komik sejati... hehehehe.
Ada banyak sekali komik di rumah kami.

 
Beberapa karya Dan Brown yang sudah dibaca Hamdi (Foto pribadi)
Sekarang, Hamdi dan Ahza sudah SMA dan SMP. Minat bacanya masih sangat bagus dan masih selalu meminta dibelikan buku baru yang mereka suka. 

.      
Nah, Tunggu apa lagi. Ayo biasakan menanamkan minat baca di rumah. Semoga bermanfaat ya teman-teman

10 Komentar

  1. wah Mba Fida, aku tuh selalu senang kalo lihat anak bawa/baca buku dibanding anak kecil dibawain gadget kemana mana, anakku juga aku terapin cara seperti di atas sejak dini, kebetulan juga di usianya 1 tahun , TV di rumah kenak petir dan sampai sekarang hampir 3 tahun kami hidup tanpa tv..hihihihi :))..jadi cara diatas mmg bener bener ngefek bgt!:)

    BalasHapus
  2. Iya mbak... insya Allah Tanpa televisi anak-anak lebih kreatif.

    Btw... anak-anak saya sebenarnya bukan full tanpa gadget. Hanya dibatasi main internet hari sabtu dan minggu aja (ketika SD).

    Nah setelah si sulung SMP (sekarang kelas 9), ternyata susah utk tidak pakai hp, karena di sekolahnya ada grup guru dan anak-anak. Terlebih sekolahnya diterapkan sistem belajar 80% project, jadi selalu berurusan dengan laptop dan internet.

    Tapi karena dari bayinya udah dikenalkan dengan buku, Alhamdulillah walau udah mulai pake hp pun, si sulung masih menggilai buku.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  4. Masya Allah, begitu banyak buku di rumah yang mudah dijangkau ya Mbak. Keren sekali, jadi anak-anak mudah menemukan buku.

    BalasHapus
  5. Mbak itu perpustakaannya di rumah banyak banget bukunya, ya. Bakal betah nih diem di perpus. Anak pengen rajin baca, memang harus ortunya kasih contoh. Suka karena dibiasakan.

    BalasHapus
  6. Rangking hanya sebatas angka kok :D
    Eniwei walau saya suka baca dan sering beli buku untuk anak anak, mereka ngga suka baca.
    Untunglah masih suka baca komik :D

    BalasHapus
  7. Menumbuhkan minat baca memang agak sulit, namun bila kita latih sejak kecil untuk membaca dan sediakan buku dirumah, terutama buku cerita yg akan membangkitkan semangat membaca pada anak

    BalasHapus
  8. Alhamdulillah suka baca semua anak2nya ya Kak Fida... insyaallah pengaruh dari orang tuanya terutama mamanya yang suka baca dan mengondisikan anak2nya suka baca di rumah, bikin anaknya jd cinta membaca. Perpustakaannya nyaman ya Kak

    BalasHapus
  9. MasyaaAllah keren Mbak kagum dengan perpustakaan pribadinya. Semoga Kakak Hamdi dan Kakak Ahza terus suka membaca dan bermanfaat

    BalasHapus
  10. Senengnya anak2 suka baca yah Mba, ditunjang dengan adanya perpustakaan dengan buku2 kesukaan mereka. Anakku susah banget suruh baca buku nih , aku mau coba penataan buku seperti punya mba, dan tempat nya juga sehingga tumbuh minat bacanya. Semoga berhasil. Terimakasih mba

    BalasHapus